Ada empat jenis manusia ketika menghadap Allah Ta’ala di akhirat, yaitu:

Pertama, orang-orang yang bersegera dalam kebaikan (as-saabiquun bil khairaat).

Kedua, al-muqtashid (hamba yang pertengahan). Disebut juga dengan ash-haabul yamiin (golongan kanan).

Ketiga, orang-orang yang menzalimi diri sendiri (azh-zhalimu li nafisihi).

Keempat, orang-orang kafir. Disebut juga dengan ash-haabul masy’amah.

Tiga kelompok pertama semuanya termasuk orang-orang yang beriman. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan warisan ilmu dari Al-Qur’an. Mereka secara umum juga hamba-hamba Allah yang terpilih. 

Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri (1) dan di antara mereka ada yang pertengahan (2) dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan (3) dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Faathir [35]: 32)

Allah Ta’ala juga menyebutkan dua kelompok yang pertama (as-saabiq dan al-muqtashid) di awal dan di akhir surat Al-Waqi’ah, kemudian menyebutkan jenis ketiga yaitu orang-orang kafir. 

Allah Ta’ala berfirman,

وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً

“Dan kamu menjadi tiga golongan.” (QS. Al-Waqi’ah [56]: 7)

فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ؛ وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ ؛ وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ ؛ أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ

“Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.” (QS. Al-Waqi’ah [56]: 8-11)

Di akhir surat kemudian disebutkan,

فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ ؛ وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ ؛ فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ ؛ وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ ؛ فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ ؛ وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ

“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rizki serta surga kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam jahannam.” (QS. Al-Waqi’ah [56]: 89-94)

Lalu, siapa sajakah mereka?

As-saabiquun bil khairaat adalah al-muqarrabuun, orang-orang yang didekatkan oleh Allah Ta’ala. Mereka adalah orang-orang yang suka berbuat kebaikan (ahlul ihsaan). Inilah kedudukan tertinggi seseorang di sisi Allah Ta’ala. Mereka adalah orang-orang yang menunaikan kewajiban (fardhu) dan meninggalkan perkara yang haram. Mereka juga semangat melaksanakan berbagai perkara sunnah. Mereka tinggalkan perkara yang haram dan makruh, juga meninggalkan perkara syubhat karena khawatir akan terjatuh dalam perkara yang haram.

Al-muqtashiduun, mereka disebut juga dengan ash-haabul yamiin atau ash-haabul maimanah. Mereka adalah orang-orang yang menunaikan berbagai macam kewajiban dan meninggalkan perkara yang Allah Ta’ala haramkan. Mereka menjaga batasan-batasan syariat Allah Ta’ala. Akan tetapi, mereka tidak memiliki semangat untuk mengerjakan perkara-perkara sunnah, sebagaimana golongan as-saabiquun. Mereka juga terkadang terjatuh dalam perkara makruh. Mereka juga bermudah-mudah dalam mengerjakan perkara yang mubah. Tidak sebagaimana golongan pertama (as-saabiquun) yang berhati-hati meskipun dalam perkara mubah ketika khawatir akan berlebih-lebihan di dalamnya. 

Dua golongan pertama ini termasuk ahlul jannah (penghuni surga), dan akan masuk surga tanpa disiksa di neraka. 

Adapun golongan ketiga, yaitu azh-zhaalimu li nafsihi (orang yang menzhalimi diri sendiri), mereka adalah orang-orang beriman yang meninggalkan sebagian perkara yang wajib dan terjatuh dalam sebagian perkara yang haram. Mereka adalah orang-orang yang beriman sehingga pada akhirnya akan menjadi penduduk surga. 

Akan tetapi, mereka ini dikhawatirkan akan masuk neraka terlebih dahulu karena maksiat yang mereka kerjakan. Mereka ini tergantung pada kehendak Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya,

وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Dan Allah mengampuni segala dosa selain syirik itu, bagi siapa saja yang Allah kehendaki.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)

Terkadang, Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa mereka kemudian langsung memasukkan mereka ke dalam surga. Namun terkadang, Allah Ta’ala akan azab dulu mereka di neraka, kemudian mengeluarkan mereka dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga. 

Adapun golongan keempat adalah orang-orang kafir, mereka adalah ash-haabul masy’amah, ash-haabul syimaal, mereka adalah orang-orang yang mendustakan dan sesat. Orang-orang kafir ini bermacam-macam, baik dari golongan Yahudi, Nashrani, Majusi, orang-orang munafik, dan orang-orang musyrik. Mereka adalah orang-orang yang akan kekal di neraka, selama-lamanya. Nas’alullaaha as-salaamata wal ‘afiyaat.

ditulis oleh: dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Sumber: https://muslim.or.id/57147-empat-jenis-manusia-ketika-menghadap-allah-taala-di-akhirat.html

Empat Jenis Manusia ketika Menghadap Allah Ta’ala di Akhirat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *